Entri Populer

Jumat, 27 Maret 2015

STUDI KASUS




PENGARUH POLA ASUH TERHADAP PRESTASI MAHASISWA PRODI MATEMATIKA KELAS 2B  UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

STUDI KASUS

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta didik

Oleh :
1.      Eka Andriyani (13321695)
2.      Nita Agustin (13321 


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PRODI MATEMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
JL. Budi Utomo No. 10 Ponorogo
2013/2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang memberikan rahmat hidayah serta Inayah-Nya sehingga saya dapat menyusun laporan studi kasus dengan Judul “PENGARUH POLA ASUH TERHADAP PRESTASI MAHASISWA PRODI MATEMATIKA KELAS 2B  UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO”sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Selanjutnya sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang mengubah tatanan kejahiliaan menuju tatanan islamiyah, sehingga keindahan islam masih bisa kita rasakan hingga saat ini.
Dalam penyusunan laporan studi kasus ini kami membahas mengenai “PENGARUH POLA ASUH TERHADAP PRESTASI MAHASISWA PRODI MATEMATIKA KELAS 2B  UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO”dimana dalam pembahasannya tidak pernah lepas mulai dari peran orang tua sebagai pengasuh anak-anaknya, dengan ini pula semoga studi kasus yang kami buat ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi rekan-rekan mahasiswa dan lebih khusus kepada kami sebagai penyusun.
Akhir kata semoga laporan studi kasus yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Ponorogo, 11 Juni 2014





Penyusun






 
 






DAFTAR ISI
JUDUL ....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ................................................................................ 1
B.     Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C.     Tujuan Penulisan ............................................................................. 2
D.    Manfaat Penulisan ........................................................................... 2
BAB II KAJIAN TEORI
A.    Pengertian Pola Asuh ...................................................................... 3
B.     Tipe Pola asuh ................................................................................. 3
C.     Dampak dari Pola Asuh .................................................................. 3
D.    Prestasi Siswa ................................................................................. 6
E.     Teori Humanistik ............................................................................ 7
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian .............................................................................. 11
B.     Lokasi Penelitian ........................................................................... 11
C.     Waktu Penelitian ........................................................................... 11
D.    Hipotesis ....................................................................................... 11
E.     Populasi ......................................................................................... 11
F.      Data ............................................................................................... 11
G.    Mencari Mean(rata-rata) ............................................................... 14
H.    Mencari Modus ............................................................................. 14
I.       Mencari Median ............................................................................ 14
BAB IV PEMBAHASAN
A.    Pembahasan Permasalahan ........................................................... 15
BAB V PENUTUP
A.    Kesimpulan ................................................................................... 17
B.     Saran ............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN




BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan hingga berkembang dewasa. Segala curahan kasih sayang amat diperlukan seorang anak atau peserta didik yang hanya didapatkan dari keluarga, oleh sebab itu peran keluarga sangat dominan dalam pembentukan kepribadian seorang anak.
Pola asuh tidak hanya sekedar mendidik tetapi membimbing, merawat, serta melindungi anak (asa, asih dan asuh) hingga anak tersebut mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya secara dewasa dan mandiri tanpa pendampingan dari orang tua lagi.
Tidak hanya dari dalam keluarga, namun tidak terlepas pula pembentukan suatu kepribadian seseorang  dari pengaruh lingkungan. Misalnya seorang anak yang sejak dini telah didik dengan keras atau disiplin oleh orang tuanya, maka ketika dewasa anak tersebut akan tumbuh menjadi anak yang disiplin atau keras. Hal itu tidak menjamin akan terjadi, karena sebagian anak atau peserta didik memiliki cara yang berbeda dalam mendidik, bisa jadi anak yang dididik terlalu keras atau disiplin tinggi akan memberontak setelah dewasa nanti. Anak yang seperti ini biasanya merasa hidupnya terlalu diatur atau terkekang.      
Ada pun pola mendidik anak yang lebih membebaskannya atau terlalu dimanja, maka anak tersebut akan mengalami kesulitan untuk hidup mandiri.  Pola asuh ini sering dilakukan oleh para orang tua yang hanya memiliki satu anak.
            Dalam studi kasus kali ini kami akan membahas  pengaruh pola asuh terhadap kesuksesan atau keberhasilan peserta didik.


B.     RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas penulis hanya akan mengkaji beberapa masalah yang terkait diantaranya sebagai berikut :
1.      Apa yang disebut dengan pola asuh?
2.      Bagaimana pengaruh pola asuh terhadap prestasi Mahasiswa prodi Matematika Kelas 2B Universitas Muhammadiyah Ponorogo ?
3.      Pola asuh apakah yang tepat untuk menunjang prestasi peserta didik?

C.    TUJUAN PENULISAN
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud pola asuh.
2.         Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pola asuh terhadap prestasi Mahasiswa Prodi Matematika Kelas 2B Universitas Muhammadiyah Ponorogo
3.         Untuk mengetahui pola asuh yang tepat untuk menunjang prestasi peserta didik.

D.    MANFAAT PENELITIAN
1.      Bagi peneliti : untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pola asuh terhadap prestasi seseorang.
2.      Bagi masyarakat : untuk memberikan gambaran tentang pola asuh yang efektif untuk diterapkan demi menunjang prestasi peserta didik.










BAB II
KAJIAN TEORI

A.    PENGERTIAN POLA ASUH
Pengasuhan menurut (Schochib,2000, hlm.15) adalah orang yang melaksanakan tugas membimbing, memimpin, atau mengelola. Pengasuhan yang dimaksud di sini adalah mengasuh anak. Menurut Darajat mengasuh anak maksudnya adalah mendidik dan memelihara anak, mengurus makan, minum, pakaiannya, dan keberhasilannya dalam periode yang pertama sampai dewasa. Dengan pengertian diatas dapatlah dipahami bahwa pengasuhan anak yang dimaksud adalah kepemimpinan, bimbingan, yang dilakukan terhadap anak berkaitan dengan kepentingan hidupnya. Orang tua memiliki peran mengajar, menjaga dan mendidik anak-anaknya.
Pengertian lain dari pola asuh orang tua terhadap anak adalah bentuk interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan yang berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan setempat dan masyarakat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua adalah aktivitas dalam mengajar, membimbing, mendidik serta menjaga anak-anaknya dalam proses pendewasaan anak tersebut.

B.     TIPE  POLA ASUH
Dalam mengasuh anak orang tua cenderung menggunakan pola asuh tertentu. Dalam studi kasus ini kami mengambil tiga bentuk pola asuh dimana kami ambil menurut dr. Baumrind, terdapat 3 macam pola asuh orang tua yaitu demokratis, otoriter dan permisif.
1.       Demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu dalam mengendalikan mereka. Orang tua dengan perilaku ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. orang tua tipe ini  juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat. (Ira Petranto, 2005). Misalnya ketika orang tua menetapkan untuk menutup pintu kamar mandi ketika sedang mandi dengan diberi penjelasan, mengetuk pintu ketika masuk kamar orang tua, memberikan penjelasan perbedaan laki-laki dan perempuan, berdiskusi tentang hal yang tidak boleh dilakukan anak misalnya tidak boleh keluar dari kamar mandi dengan telanjang, sehingga orang tua yang demokratis akan berkompromi dengan anak. (Debri, 2008).
2.      Otoriter- Pengertian Pola Asuh Menurut Para Ahli
Pola asuh ini sebaliknya cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman mislalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah dan menghukum.
Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam berkomunikasi biasanya bersifat satu arah. (Ira Petranto, 2005). Misalnya anaknya harus menutup pintu kamar mandi ketika mandi tanpa penjelasan,  anak laki-laki tidak boleh bermain dengan anak perempuan, melarang anak bertanya kenapa dia lahir, anak dilarang bertanya tentang lawan jenisnya. Dalam hal ini tidak mengenal kompromi. Anak suka atau tidak suka, mau atau tidak mau harus memenuhi target yang ditetapkan orang tua. Anak adalah obyek yang harus dibentuk orang tua yang merasa lebih tahu mana yang terbaik untuk anak-anaknya. (Debri, 2008).
3.      Permisif
Pola asuh ini memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup dari orang tuanya. Mereka cenderung tidak menegur / memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka, sehingga seringkali disukai oleh anak. (Ira Petranto, 2005).
Misalnya anak yang masuk kamar orang tua tanpa mengetuk pintu dibiarkan, telanjang dari kamar mandi dibiarkan begitu saja tanpa ditegur, membiarkan anak melihat gambar yang tidak layak untuk anak kecil, degan pertimbangan anak masih kecil. Sebenarnya, orang tua yang menerapka pola asuh seperti ini hanya tidak ingin konflik dengan anaknya. (Debri, 2008).

C.    DAMPAK DARI POLA ASUH
Penerapan dari berbagai tipe pola asuh diatas menimbulkan dampak yang berbeda-beda sesuai dengan tipe yang diterapkan. Dampak yang ditimbulkan dari pola asuh tersebut bisa positif maupun dampak negatif. Berikut ini dampak dari penerapan tipe pola asuh orang tua terhadap perilaku dan karakter anak.
1.    Permisif
Dampak positif :
Bila anak mampu menggunakan kebebasan yang diberikan orang tua  secara bertanggung jawab , maka anak akan menjadi seorang yang mandiri, kreatif, inisiatif dan mampu mewujudkan aktualisasinya.
Dampak negatif :
Anak cenderung manja, sulit untuk mandiri. Pola asuh ini sering digunakan oleh orang tua yang hanya memiliki satu anak(anak tunggal).
2.      Demokratis
Dampak positif :
Akibat positif dari pola asuh ini, anak akan menjadi seorang individu yang mempercayai orang lain, bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakannya, tidak munafik, jujur.

Dampak negatif :
Dalam tipe pola asuh demokratis anak dan orang tua memiliki kedudukan yang sama. Sehingga jika pola asuh ini tidak berhasil dengan baik anak akan cenderung merongrong kewibawaan otoritas orang tua, kalau segala sesuatu harus dipertimbangkan anak dan orang tua.
3.      Otoriter
Dampak positif :
Anak akan lebih disiplin dan bertanggung jawab atas semua yang iya miliki. Tahan banting maksudnya disini ketika anak itu mengalami kesulitan iya telah terbiasa dengan dikekang sehingga dia mampu menghadapi setiap masalahnya.
Dampak negatif :
Dampak negatif dari pola asuh ini adalah anak akan merasa terkekang, memberontak jika kelak ia sudah dewasa. Meskipun tak semua anak memberontak tapi pola asuh ini terlalu keras bahkan menuntut si anak sesuai keinginan orang tua.
D.    Prestasi Siswa
Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam raport.” Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S Nasution (1996) prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.

E.     TEORI HUMANISTIK  
Teori Rogers didasarkan pada prinsip humanistik bahwa jika orang diberi kebebasan dan dukungan emosional untuk bertumbuh, mereka bisa berkembang menjadi manusia yang berfungsi secara penuh.
Rogers mengatakan bahwa tiap-tiap dari individu memiliki dua self/diri. Diri yang kita rasakan sendiri (“I” atau “me” yang merupakan persepsi kita tentang diri kita sesungguhnya “real self”)dan diri kita yang ideal/diinginkan “ideal self” (yang kita inginkan). Rogers (1961) megajarkan bahwa masing-masing dari kita adalah korban dari conditional positive regard (memberikan cinta, pujian, dan penerimaan jika individu mematuhi norma orang tua atau norma social) yang orang lain tunjukkan kepada kita. Kita tidak bias mendapatkan cinta dan persetujuan orang tua atau orang lain kecuali bila mematuhi norma social dan aturan orang tua yang keras. Kita diperintahkan untuk melakukan apa yang harus kita lakukan dan kita pikirkan. Kita dicela, disebutkan nama, ditolak, atau dihukum jika kita tidak menjalani norma dari orang lain. Sering kali kita gagal, dengan akibat kita mengembangkan penghargaan diri yang rendah, menilai rendah diri sendiri, dan melupakan siapa diri kita sebenarnya.
Rogers mengatakan bahwa jika kita memiliki citra diri yang sangat buruk atau berperilaku buruk, kita memerlukan cinta, persetujuan, persahabatan, dan dukungan orang lain. Kita memerlukan unconditional positive regard (memberi dukungan dan apresiasi individu tanpa menghiraukan perilaku yang tak pantas secara social), bukan karena kita pantas mendapatkannya, tapi karena kita adalah manusia yang berharga dan mulia. Dengan itu semua, kita bisa menemukan harga diri dan kemampuan mencapai ideal self kita sendiri. Tanpa unconditional positive regard kita tidak dapat mengatasi kekurangan kita dan tak dapat menjadi orng yang berfungsi sepenuhnya.
Tema pokok pemikiran Rogers adalah suatu refleksi tentang apa yang dipelajarinyan mengenai dirinya pada rentang usia 18-20 tahun: bahwa seseorang harus bersandar pada pengalamannya sendiri tentang dunia, karena hanya itulah kenyataan yang dapat diketahui oleh seorang individu.
Harus dipahami bahwa Rogers bekerja dengan individu-individu yang terganggu yang mencari bantuan untuk mengubah kepribadian mereka. Untuk merawat pasien-pasien ini (yang selanjutnya disebut Rogers sebagai klien), dia mengembangkan suatu metode trapi yang menempatkan tanggungjawab utama terhadap perubahan kepribadian pada klien, bukan pada ahli terapi (seperti biasa dilakukan oleh penganut Freud). Oleh karena itu, pendekatannya disebut “terapi yang berpusat pada klien” (client-centered therapy). Metode ini menganggap bahwa individu yang terganggu memiliki suatu tingkat kemampuan kesadaran tertentu, dan mengatakan kepada kita banyak hal tentang pandangan Rogers mengenai kodrat manusia.
Menurut Roger, manusia yang rasional dan sadar, tidak terkontrol oleh peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak karena masa itu sudah kewat seperti pembiasaan akan kebersihan buang air kecil atau buang air besar, penyapihan yang lebih cepat atau pengalaman-pengalaman seks sebelum waktunya. Hal-hal ini tidak menghukum atau membelenggu kita untuk hidup dalam konflik dan kecemasan yang tidak dapat dikontrol. Masa sekarang dan bagaimana kita memandangnya bagi kepribadian yang sehat adalah jauh lebih penting daripada berlarut-larut mengingat masa lampau. Akan tetapi Rogers mengemukakan bahwa pengalaman-pengalaman masa lampau dapat mempengaruhi cara bagaimana kita memandang masa sekarang yang pada gilirannya mempengaruhi tingkat kesehatan psikologis kita. Jadi, pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak adalah penting, tetapi focus Rogers tetap pada apa yang terjadi terhadap seseorang hari ini, saat sekarang, bukan pada apa yang terjadi waktu lampau.
Menurut Rogers dorongan adalah ‘satu kebutuhan fundamental’. Rogers menempatkan suatu dorongan dalam sistemnya tentang kepribadian, meliputi pemeliharaan, mengaktualisasikan, dan meningkatkan semua segi individu. Kecenderungan ini dibawa sejak lahir dan meliputi komponen-komponen pertumbuhan fisiologis danpsikologis, meskipun selama tahun-tahun awal kehidupan, kecenderungan tersebut lebih terarah kepada segi-segi fisiologis.
Baginya tidak ada segi pertumbuhan dan perkembangan manusia beroperasi secara terlepas dari kecenderungan aktualisasi ini. Aktualisasi bisa berbuat jauh lebih banyak daripada mempertahankan organisme, aktualisasi juga memudahkan dan meningkatkan pematangan dan pertumbuhan.
Rogers berpendapat, bahwa kecenderungan untuk aktualisasi sebagai suatu tenaga pendorong adalah jauh lebih kuat daripada rasa sakit dan perjuangan, serta setiap dorongan yang ikut menghentikan usaha untuk berkembang, aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan belajar, khususnya dalam masa kanak-kanak. Agaknya, ‘konvergensi’ merupakan ‘potret’ yang dapat mewakili gambaran perkembangan ini, karena individu tumbuh tidak semata-mata ‘berselimutkan tabula rasa’, tetapi dalam perkembangannya faktor ‘lingkungan’ (environment) juga memiliki andil yang besar.
Rogers mengilustrasikan perkembangan diri manusia seperti berikut: Ketika individu masih kecil, sebagai anak-anak ia mulai membedakan atau memisahkan salah satu segi pengalamannya dari pengalaman yang lain. Segi ini adalah ‘diri’ dan itu digambarkan dengan bertambahnya penggunaan kata ‘aku’ dan ‘kepunyaanku’. Anak itu mengemangkan kemampuan untuk membedakan antara apa yang menjadi milik atau bagian dari dirinya dan semua benda lain yang dilihat, didengar, diraba, dan diciumnya ketika dia mulai membentuk suatu lukisan dan gambar tentang siapa dia. Dengan kata lain, anak itu mengembangkan suatu ‘pengertian diri’ atau self concept. Sebagai bagian dari self concept, anak itu juga menggambarkan dia akan menjadi siapa atau ingin menjadi siapa.
Cara-cara khusus bagaimana ‘diri’ itu berkembang dan apakah dia akan menjadi sehat atau tidak, tergantung pada cinta dan kasih sayang yang diterima anak itu di masa kecil. Penerimaan cinta ini utamanya dari ibu, dan dari bapak, tetapi bisa juga dari pengasuhan orang dewasa lain, misalnya pengasuh bayi, kakek nenek, atau pembantu. Pada waktu ‘diri’ itu berkembang, anak itu juga belajar membutuhkan cinta. Rogers menyebut kebutuhan ini sebagai ‘penghargaan positif’ atau positive regard. Positive regard merupakan suatu kebutuhan yang bisa memaksa dan merembes, dimiliki oleh semua manusia, setiap anak terdorong untuk mencari ‘penghargaan positif’.














BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    JENIS PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif, artinya kegiatan yang menekankan pada jumlah data yang dikumpulkan. Dalam pendekatan kuantitatif peneliti mengumpulkan data statistik berrupa angka-angka. Penelitian kuantitatif berdasarkan pada objek penelitian sahih yang dapat diukur melalui angka.
B.     LOKASI PENELITAN
Penelitian studi kasus ini mengambil lokasi di Kelas Matematika 2B FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
C.    WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2014
D.    HIPOTESIS
Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara dari suatu masalah.
Hipotesis dari studi kasus ini adalah “ Pola asuh mempengaruhi Prestasi Belajar Mahasiswa Kelas 2B UMP”.
E.     POPULASI
Populasi adalah objek/subjek yang beredar pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah mahhasiswa UniversitasMuhammadiyah Ponorogo, Fakultas Ilmu keguruan dan Pendidikan, program studi Matematika 2B.
F.     DATA
Data adalah keterangan mengenai suatu hal yang sering terjadi dan diperoleh dari pengamatan, data dapat berupa angka, lambang yang menyattakan pikiran. Data terbagi menjadi beberapa bagian berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
1.      Jenis data terdiri dari :
a.       Data kualitatif adalah data yang berhubungan dengan kategorisasi dan karakteristik  yang berwujud pertanyaan atau kalimat naratif.
b.      Data kuantitatif adalah data yang berwujud angka-angka.
Adapun ppenelitian ini menggunakan data kuantitatif artinya data yang berwujud angka-angka
2.      Sumber data terdiri dari :
a.       Data primer artinya data yang diperoleh secara lanngsung dari sumbernya.
b.      Data sekunder artinya data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya, contoh dokumen kantor, foto-foto, hasil sensus, dan sebagainya.
3.      Instrumen data adalah alat pengumpul data yang berisi daftar pertanyaan yang akan dibagikan kepada responden.
Adapun instrumen data pada penelitian ini adalah :
1)   Setujukah anda jika pola asuh dapat mempengaruhi prestasi anak?
a.         Sangat setuju
b.         Setuju
c.         Kurang setuju
d.        Tidak setuju
2)   Termasuk apakah pola asuh yang diterapkan orang tua anda?
a.         Permisif
b.         Otoriter
c.         Demokratis
3)   Setujukah anda dengan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua anda?
a.         Sangat setuju
b.         Setuju
c.         Kurang setuju
d.        Tidak setuju
4)   Setujukah anda jika pola asuh yang diterapkan orang tua anda sudah efektif untuk anda?
a.         Sangat setuju
b.         Setuju
c.         Kurang setuju
d.        Tidak setuju
5)      Setujukah anda jika dari pola asuh yang diterapkan orangtua anda berdampak positif bagi anda?
a.         Sangat setuju
b.         Setuju
c.         Kurang setuju
d.        Tidak setuju
Adapun
NO.
Nomer  Soal
Pilihan Jawaban
Nilai
1.
1
Sangat setuju
4


Setuju
3


Kurang setuju
2


Tidak setuju
1
2.
3
Sangat setuju
4


Setuju
3


Kurang setuju
2


Tidak setuju
1
3.
4
Sangat setuju
4


Setuju
3


Kurang setuju
2


Tidak setuju
1
4.
5
Sangat setuju
4


Setuju
3


Kurang setuju
2


Tidak setuju
1




G.    Mencari Mean (Rata-rata)

No.
Jawaban
Nilai
1.
Sangat setuju
60
2.
Setuju
332
3.
Kurang setuju
40
4.
Tidak setuju
12

X=   =  =  = 111
Jadi mean pada tabel  diatas adalah 111.

H.    Mencari Modus (Data yang Sering Muncul)

No.
Jawaban
Nilai
1.
Sangat setuju
60
2.
Setuju
332
3.
Kurang setuju
40
4.
Tidak setuju
12

Jadi modus dari tabeldi  atas adalah 332.

I.       Mencari Median
No.
Jawaban
Nilai
1.
Sangat setuju
60
2.
Setuju
332
3.
Kurang setuju
40
4.
Tidak setuju
12

Letak Me =  =  = 2,5
Me =   =    = 186
Jadi median dari tabel diatas adalah 186.




BAB IV
PEMBAHASAN

Pola asuh adalah  aktivitas dalam mengajar, membimbing, mendidik serta menjaga anak-anaknya dalam proses pendewasaan anak tersebut.  Orang tua memiliki peran penting dalam pola asuh yaitu menentukan pola asuh yang tepat bagi anak-anaknya. Jika pola asuh yang diterapkan kurang tepat untuk seseorang maka akan berdampak buruk bagi kehidupan anak nantinya. Dalam kenyataannya orang tua belum mengetahui apa itu sebenarnya pola asuh. Sehingga meraka menggunakan pola asuh yang kurang tepat untuk anaknya. Hal ini dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang misalnya pola  otoriter anak akan merasa dikekang dan seoalah-olah orang tua yang menentukan jalan hidup anaknya. Dan anak tidak bisa memilih jalan hidupnya sendiri.
Berdasarkan teori humanistik masa lalu mempengaruhi pola pikir, cara pandang dan kedewasaan sesorang. Jadi orang tua sebagai pendidik, pembimbing bagi anak. Pola asuh yang diterapkan pada sorang anak akan memberikan pengalaman bagi anaknya kelak ketika dewasa nanti. Pengaruh dari pola asuh ini akan dirasakan ketika anak   dewasa. Dari hasil angket yang kami sebar banyak dari teman mahasiswa di asuh menggunakan pola asuh demokratis. Meraka menyatakan bahwa pola asuh dekmokratis lebih efektif diterapkan karena mereka lebih banyak memiliki kesempatan untuk menetukan masa depan mereka sendiri. Kebebasan dari tipe pola asuh demokratis memberikan peluang seseorang untuk mengeksplorasi bakat, minat dari seorang anak. Dalam tipe ini orang tua memiliki kedudukan yang sama dengan anaknya sehingga anak lebih bisa dekat dan mengungkapkan semua pendapat kepada orang tuanya. Hakikatnya tipe pola asuh demokratis ini bebas tetapi terbatas maksudnya disini orang tua memberikan kebebasan tetapi orang tua tidak membiarkan begitu saja anaknya.
Keterkaitan pola asuh dengan prestasi belajar adalah semua aktivitas bimbingan, cara mengajar, dan motivasi dari orang tua yang menentukan anak tersebut mampu untuk mencapai prestasi dan cita-cita yang ingin dicapainya.
Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal baru, dan koperatif terhadap orang-orang lain.
Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri.
Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang impulsive, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial.
Pengaruh Asuh terhadap Prestasi
            Pola asuh merupakan bagian terpenting dari terbentuknya karakter seseorang. Dalam hal ini pengaruh pola asuh sendiri dalam prestasi tidak terjadi secara langsung namun berkaitan dengan teori humanistik rogers dimana pengaruh pola asuh ini akan dirasakan setelah anak tumbuh dewasa. Orang tua mendidik anak ketika masih kecil dan kebiasaan itu terbawa hingga dewasa.
Penerapan pola asuh orang tua yang sesuai terhadap anak dapat memberikan manfaat bagi anak. Misalnya anak akan jauh lebih mandiri saat belajar, anak dapat belajar dengan nyaman di rumah, selain itu tidak ada pembatas antara orang tua dan anak dalam keluarga (terjalin komunikasi yang baik antara orang tua dan anak), anak dapat bebas bertanya dan mengungkapkan perasaan kepada orang tuanya, anak juga dapat berlatih bertanggung jawab atas perilaku yang akan dan sudah dilakukan, serta yang paling utama anak lebih bertanggung jawab dalam kemajuan prestasinya di sekolah.
BAB IV
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dari studi kasus diatas dapat disimpulkan bahwa pola asuh sangat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik atau mahasiswa. Pola asuh dilakukan sejak peserta didik masih dini dan dampaknya akan mereka rasakan ketika meraka masuk usia remaja atau mahasiswa. Dari pengalaman pola asuh yang efektif dari orang tua maka anak atau mahasiswa akan lebih mudah atau termotivasi untuk berprestasi.
Dari ke tiga pola asuh yang kami bahas, tipe pola asuh yang banyak dipergunakan adalah demokrasi. Tipe pola asuh demokrasi dirasa lebih efektif untuk menunjang prestasi dan membentuk kepribadian anak menjadi lebih tanggung jawab dan mampu mengeksplorasi bakat anak.
Dan keberhasilan dari sebuah pola asuh tergantung pada orang tua bagaimana ia mendidik, membimbing, mengajar dan mengarahkan anaknya agar mampu mencapai prestasi yang gemilang. Orang tua sebagai pendidikan pertama dan utana bagi keberhasilan sesorang.

B.     SARAN
Saran yang dapat kami sampaikan yaitu seharusnya orang tua mengetahui sifat dan karakter anaknya atau peserta didik untuk menetukan pola asuh apa yang cocok untuk diterapkan pada anaknya. Ketiga pola asuh yang kami bahas diatas memang baik tergantung penerapannya.
Namun alangkah baiknya kita sebagai pendidik menggunakan pola asuh campuran dimana menggunakan tipe pola asuh sesusi dengan kondisi atau fleksibel, adakalanya kita memakai tipe pola asuh otoriter untuk mendidik kedisiplinan waktu belajar, ada kalanya untuk menstimulasi anak kita menggunakan pola asuh permisif agar anak merasakan kasih sayang yang lebih, dan menggunakan pola asuh demokratis untuk menggali minat dan bakat anak atau peserta didik.





























DAFTAR PUSTAKA









ANGKET PENELITIAN
PENGARUH POLA ASUH TERHADAP PRESTASI MAHASISWA PRODI MATEMATIKA KELAS 2B UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

Petunjuk pengisian angket
*      Bacalah setiap pertanyaan dengan dengan seksama, kemudian beri tanda centang (√) sesuai dengan pilihan anda.
1.      Setujukah anda jika pola asuh dapat mempengaruhi prestasi anak?
a.       Sangat setuju
b.      Setuju
c.       Kurang setuju
d.      Tidak setuju
2.      Termasuk apakah pola asuh yang diterapkan orang tua anda?
a.       Permisif
b.      Otoriter
c.       demokratis
3.      Setujukah anda dengan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua anda?
a.       Sangat setuju
b.      Setuju
c.       Kurang setuju
d.      Tidak setuju
4.      Setujukah anda pola asuh yang diterapkan orang tua anda sudah efektif bagi anda?
a.       Sangat setuju
b.      Setuju
c.       Kurang setuju
d.      Tidak setuju
5.      Setujukah anda pola asuh yang diterapkan orang tua anda berdampak positif bagi anda?
a.       Sangat setuju
b.      Setuju
c.       Kurang setuju
d.      Tidak setuju

Tidak ada komentar:

Posting Komentar