TEORI HUMANISME DAN PENERAPANNYA
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran
Matematika
Oleh :
1.
Novita W.U. (13321679)
2.
Eka Andriyani (13321695)
3.
Ratri Galuh (13321692)
4.
Lia Nurwiyana (13321705)
5.
Yesi Susanti (13321745)
Kelas : Matematika
3B
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PRODI MATEMATIKA
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PONOROGO
JL. Budi Utomo No. 10 Ponorogo
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
serta karunianya sehingga kami dapat menyusun makalah yang berjudul “TEORI BELAJAR
HUMANISME dan PENERAPANNYA”. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pembelajaran Matematika.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat kami selesaikan tepat waktu. Kami menyadari
bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnaan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi para pembaca
sekalian dan juga dapat bermanfaat bagi kita semua.
|
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...................................................................................... i
Daftar isi................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang........................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah...................................................................... 1
C.
Tujuan
........................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Teori Humanisme..................................................... 3
B.
Prinsip-prinsip
dalam Teori Belajar Humanisme........................ 3
C.
Tokoh-tokoh
dalam Teori Belajar Humanisme........................... 5
D.
Kelebihan
dari Teori Belajar Humanisme................................... 9
E.
Kekurangan
dari Teori Belajar Humanisme.............................. 10
F.
Aplikasi Teori Belajar Humanistik Dalam Pembelajaran........... 11
G. Implikasi Teori Belajar Humanistik Dalam
Pembelajaran......... 12
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ........................................................................................... 15
Daftar Pustaka....................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat,
tetapi belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri peserta didik. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan
dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuanya, sikap dan tingkah laku
ketrampilan, kecakapanya, kemampuannya, daya reaksinya dan daya penerimaanya.
Jadi, belajar adalah suatu proses yang aktif, proses
mereaksi terhadap semua situasi yang ada pada peserta didik. Belajar merupakan
suatu proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui situasi
yang ada pada peserta didik.
Dalam suatu
pembelajaran juga perlu didukung oleh adanya suatu teori dan belajar, secara
umum teori belajar dikelompokan dalam empat kelompok atau aliran meliputi: (1)
Teori Belajar Behavioristik (2) Teori Belajar Kognitifistik (3) Teori Belajar
Konstruktifistik (4) Teori Belajar Humanistik.Salah satu teori belajar yaitu
humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka
(antara klien dan terapist) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah
kehidupannya.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apakah
pengertian dari teori humanisme ?
2.
Apakah
prinsip-prinsip belajar humanisme ?
3.
Siapa saja
tokoh-tokoh dalam teori belajar humanisme?
4.
Apakah
kelebihan dan kekurangan teori
belajar humanisme?
5.
Bagaimana aplikasi teori belajar humanisme dalam pembelajaran?
6.
Bagaimana implikasi teori belajar humanisme dalam pembelajaran?
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian dari teori humanisme.
2.
Untuk
mengetahui prinsip-prinsip belajar humanisme.
3.
Untuk
mengetahui tokoh-tokoh dalam teori belajar
humanisme.
4.
Untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan teori
belajar humanisme.
5.
Untuk
mengetahui aplikasi teori belajar
humanisme
dalam pembelajaran.
6.
Untuk
mengetahui implikasi teori belajar
humanisme
dalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Teori Humanisme
Gagne dan Briggs mengatakan bahwa pendekatan humanisme adalah pengembangan nilai-nilai dan sikap pribadi yang
dikehendaki secara sosial dan pemerolehan pengetahuan yang luas tentang
sejarah, sastra, dan pengolahan strategi berpikir produktif.Pendekatan sistem bisa dapat di lakukan sehingga para
peserta didik dapat memilih suatu rencana pelajaran agar mereka dapat
mencurahkan waktu mereka bagi bermacam-macam tujuan belajar atau sejumlah
pelajaran yang akan dipelajari atau jenis-jenis pemecahan masalah dan
aktifitas-aktifitas kreatif yang mungkin dilakukan.pembatasan praktis dalam
pemilihan hal-hal itu mungkin di tentukan oleh keterbatasan bahan-bahan
pelajaran dan keadaan tetapi dalam pendekatan sistem itu sendiri tidak ada yang
membatasi keanekaragaman pendidikan ini.
(Dr.Hamzah B.Uno,M.Pd,2006:
13).
Menurut salah satu ahli (Ridwan Abdullah Sani,2013:35) teori
belajar humanisme menganggap bahwa keberhasilan belajar terjadi jika peserta
didik memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.Teori belajar ini berusaha
memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya,bukan dari sudut pandang
pengamatnya.Peran pendidik adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan
dirinya,yaitu membantu masing-masig individu untuk mengenal diri mereka sendiri
sebagai manusia yang unik dan membantu mereka dalam mewujudkan potensi-potensi
yang ada dalam diri mereka.
Jadi, teori belajar humanisme adalah suatu teori dalam
pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta
didik mampu mengembangkan potensi dirinya.
B. Prinsip-Prinsip
Belajar Humanisme
ü Menurut (Ridwan Abdullah Sani,2013:35) prinsip-prinsip
belajar humanisme adalah :
1. Manusia mempunyai cara belajar alami.
2. Belajar terjadi secara signifikan jika
materi pelajaran dirasakan mempunyai relevan dengan maksud tertentu.
3. Belajar menyangkut perubahan dalam persepsi
mengenal diri peserta didik.
4. Belajar yang bermakna diperoleh jika
peserta didik melakukannya.
5. Belajar akan berjalan lancar jika
peserta didik dilibatkan dalam proses belajar.Belajar yang melibatkan peserta
didik dapat memberi hasil yang mendalam.
6. Kepercayaan pada diri peserta didik
ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri.
7. Belajar sosial adalah belajar mengenai
proses belajar.
ü
Roger sebagai ahli dari teori belajar
humanisme mengemukakan beberapa prinsip belajar yang penting yaitu:
a) Manusia itu
memiliki keinginan alamiah untuk belajar, memiliki rasa ingin tahu alamiah
terhadap dunianya, dan keinginan yang mendalam untuk mengeksplorasi dan
asimilasi pengalaman baru,
b) Belajar akan
cepat dan lebih bermakna bila bahan yang dipelajari relevan dengan kebutuhan
peserta didik, belajar dapat di tingkatkan dengan mengurangi ancaman dari luar,
c) belajar secara
partisipasif jauh lebih efektif dari pada belajar secara pasif dan orang
belajar lebih banyak bila belajar atas pengarahan diri sendiri,
d) belajar atas
prakarsa sendiri yang melibatkan keseluruhan pribadi, pikiran maupun perasaan
akan lebih baik dan tahan lama, dan kebebasan, kreatifitas, dan kepercayaan
diri dalam belajar dapat ditingkatkan dengan evaluasi diri orang lain tidak
begitu penting. (Dakir,
1993: 64)
C.
Tokoh-Tokoh Dalam Teori Belajar Humanisme
1.
Bloom dan Krathwohl
Dalam hal ini,
Bloom dan Krathwohl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai oleh siswa,yang
tercakup dalam tiga kawasan :
a)
Kognitif
Kognitif terdiri
dari enam tingkatan,yaitu :
·
Pengetahuan
(mengingat,menghafal)
·
Pemahaman
(menginterprestasikan)
·
Aplikasi
(menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah)
·
Analisis
(menjabarkan suatu konsep)
·
Sintesis
(menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh)
·
Evaluasi
(membandingkan nilai,ide,metode,dan sebagainya)
b)
Psikomotorik
Psikomotorik
terdiri dari 5 tingkatan yaitu :
·
Peniruan
(menirukan gerak)
·
Penggunaan
(menggunakan konsep untuk melakukan gerak)
·
Ketepatan
(melakukan gerak dengan benar)
·
Perangkaian
(melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar)
·
Naturalisasi
(melakukan gerak secara wajar)
c)
Afektif
Afektif terdiri
dari 5 tingkatan yaitu :
·
Pengenalan
(ingin menerima,sadar akan adanya sesuatu)
·
Merespons
(aktif berpartisipasi)
·
Penghargaan
(menerima nilai-nilai,setia kepada nilai tertentu)
·
Pengorganisasian
(menghubungkan nilai-nilai yang dipercayai)
·
Pengalaman
(menjadikan nilai-nilai sebagai bagia dari pola hidup)
(Dr.Hamzah
B.Uno,2006:58-59)
2.
Kolb
Kolb membagi
tahapan belajar menjadi empat tahap yaitu :
a) Pengalaman konkret
Pada tahap
ini,seorang siswa hanya mampu sekadar ikut suatu kejadian.Dia belum mempunyai
kesadaran tentang hakikat kejadian tersebut.Dia pun belum mengerti bagaimana
dan mengapa suatu kejadian harus terjadi seperti itu.
b) Pengamatan aktif dan reflektif
Pada tahap
kedua,siswa lambat laun mampu mengadakan observasi aktif terhadap kejadia
itu,serta mulai berusaha memikirkan dan memahaminya.
c) Konseptualisasi
Pada tahap
ini,siswa mulai belajar untuk abstarksi atau “teori” tentang sesuatu hal yang
pernah diamatinya.Siswa diharapkan sudah mampu untuk membuat aturan-aturan umum
(generalisasi) dari berbagai contoh kejadian yang meskipun tampak berbeda-beda,
tetapi mempunyai landasan aturan yang sama.
d) Eksperimentasi aktif
Siswa sudah
mampu mengaplikasikan suatu aturan umum situasi yang baru.Dalam dunia
matematika misalnya, siswa tidak hanya memahami “asal usul” sebuah rumus,tetapi
ia juga memakai rumus tersebut untuk memecahkan masalah yang beluum pernah ia
temui sebelumnya.(Dr.Hamzah
B.Uno,2006:60)
3.
Honey dan Mumford
Berdasarkan
teori Kolb ini,Honey dann Mumford membuat penggolongan siswa.Menurut mereka,ada
4 macam atau tipe siswa yakni :
a. Aktivis
Ciri-ciri siswa
yang bertipe aktivis adalah siswa suka melibatkan diri pada
pengalaman-pengalaman baru,cenderung berpikiran terbuka,mudah diajak
berdialog.Dalam proses belajar,mereka menyukai metode yang mampu mendorong
seseorang menemukan hal-hal baru,seperti
problem solving.Akan tetapi,mereka cepat merasa bosan dengan hal-hal yang
memerlukan waktu lama dalam implementasi.
b. Reflektor
Ciri-ciri siswa
yang bertipe reflector adalah cenderung sangat berhati-hati mengambil langkah.
c. Teoris
Ciri-ciri siswa
yang bertipe teoris adalah sangat kritis,senang menganalisis,dan tidak menyukai
pendapat atau penilaian yang sifatnya subjektif.
d. Pragmatis
Ciri-ciri siswa
yang bertipe pragmatis adalah menaruh perhatian besar pada aspek-aspek praktis
dari segala hal.
(Dr.Hamzah
B.Uno,2006:61)
4.
Habermas
Habermas
mengelompokkan tipe belajar menjadi tiga bagian yaitu :
a. Belajar teknis
Siswa belajar
bagaimana berinteraksi dengan alam sekelilingnya. Meraka beusaha menguasai
dan mengelola alam dengan cara mempelajari keterampilan dan pengetahuan yang
dibutuhkan untuk itu.
b. Belajar praktis
Pada tahap
ini,lebih dipentingkan adalah interaksi antara dia dengan orang-orang di
sekelilingnya.Pemahaman terhadap alam justru releva jika dan hanya jika
berkaitan denga kepentingan manusia.
c. Belajar emansipatoris
Siswa berusaha
mecapai pemahaman dan kesadaran yang sebaik mungkin tentang perubahan
(transformasi) kultural dari suatu lingkungan.
(Dr.Hamzah
B.Uno,2006:61-61)
5. Carl Rogers
Carl R. Rogers dalam Hadis
(2006: 71) kurang menaruh perhatian
kepada mekanisme proses belajar. Belajar dipandang sebagai fungsi keseluruhan
pribadi. Mereka berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya tidak dapat
berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta
didik. Oleh karena itu, menurut teori belajar humanisme bahwa motifasi belajar
harus bersumber pada diri peserta didik.
Roger
membedakan dua ciri belajar, yaitu:
·
belajar yang bermakna
·
belajar yang tidak bermakna.
Belajar yang bermakna terjadi jika dalam proses
pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan perasaan peserta didik, dan belajar yang tidak bermakna
terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran akan tetapi
tidak melibatkan aspek perasaan peserta didik.
6.
Maslow
Menurut
Abraham Maslow,individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang
bersifat hierarkis.Setiap individu mempunyai berbagai perasaan takut seperti
rasa takut untuk berkembang,takut untuk mengambil keputusan,takut membahayakan
apa yang sudah ia miliki.Individu juga memiliki dorongan untuk lebih maju kearah
keutuhan,keunikan diri,berfungsinya semua kemampuan,kepercayaan diri menghadapi
dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri.
Pembelajaran
humanisme cenderung mendorong peserta didik untuk berpikir induktif,yakni dari
contoh ke konsep,dari konkret ke abstrak,atau dari khusus ke umum.Teori ini
mementingkan faktor pengalaman dan
keterlibatan aktif peserta didik dalam proses belajar mengajar.Pembelajaran
berdasarkan teori humanism ini cocok untuk diterapkan untuk pembentukan
kepribadian,hati nurani,perubahan sikap,dan analisis terhadap fenomena sosial.
(Ridwan Abdullah Sani,2013:38-39)
D.
Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Humanisme
ü
Kelebihan
teori humanisme adalah :
1.
Teori
ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena
sosial.
2.
Menurut
aliran humanisme : individu itu cenderung mempunyai kemampuan
/ keinginan untuk berkembang dan percaya pada kodrat biologis dan ciri
lingkungan
3.
Indikator
dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah,
berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap
atas kemauan sendiri.
4.
Siswa
diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat orang lain
dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi
hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang
berlaku.
5.
Aliran
humanisme tidak menyetujui sifat pesimisme, dalam aliran humanisme individu itu
memiliki sifat yang optimistik
6.
Teori Humanistik sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar
pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada
konteks manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai
tujuannya(Dr.C.Asri Budi Ningsih,2005:76).
7. Ide-ide, konsep-konsep, taksonomi-taksonomi tujuan yang
dirumuskan dapat membantu para pendidik dan guru untuk memahami hakikat
kejiwaan manusia.( Dr.C.Asri Budi Ningsih,2005:77).
ü
Kekurangan
teori humanisme adalah :
a. Siswa yang tidak mau memahami potensi
dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar.
b. Terlalu memberi kebebasan pada siswa.
c. Teori humanisme terlalu optimistik
secara naif dan gagal untuk memberikan pendekatan pada sisi buruk dari sifat
alamiah manusia
d. Teori humanisme, seperti halnya teori
psikodinamik, tidak bisa diuji dengan mudah
e. Banyak konsep dalam psikologi humanisme,
seperti misalnya orang yang telah berhasil mengaktualisasikan dirinya, ini
masih buram dan subjektif.
f. Beberapa kritisi menyangkal bahwa konsep
ini bisa saja mencerminkan nilai dan idealisme Maslow sendiri.
g. Psikologi humanisme mengalami pembiasan
terhadap nilai individualistis
h. Teori humanisme ini dikritik karena
sukar digunakan dalam konteks yang lebih praktis. Teori ini dianggap lebih
dekat dengan dunia filsafat daripada dunia pendidikan(Dr.C.Asri Budi Ningsih,2005:76).
i.
Aplikasi
teori humanisme dalam pembelajaran, guru lebih mengarahkan siswa untuk berpikir
induktif, mementingkan pengalaman serta membutuhkan keterlibatan siswa secara
aktif dalam proses belajar.
j.
Teori humanisme masih sukar diterjemahkan kedalam langkah-langkah yang
praktis dan operasional.(Dr.C.Asri Budi Ningsih,2005:76-77).
E. Aplikasi Teori Belajar Humanistik Dalam Pembelajaran
Aplikasi teori humanisme lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator
bagi para peserta didik sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai
makna belajar dalam kehidupan peserta didik. Guru memfasilitasi pengalaman
belajar kepada peserta didik dan mendampingi peserta didik untuk memperoleh
tujuan pembelajaran. (Sumanto, 1998: 235)
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses
belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
1.
Merumuskan tujuan belajar yang jelas
2. Mengusahakan
partisipasi aktif peserta didik melalui kontrak belajar yang bersifat jelas,jujur dan positif.
3. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan
kesanggupan peserta didik untuk belajar atas inisiatif sendiri
4. Mendorong
peserta didik untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara
mandiri
5. Peserta didik di
dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri,
melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang
ditunjukkan.
6. Guru menerima
peserta didik apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran peserta didik, tidak
menilai secara normatif tetapi mendorong peserta didik untuk bertanggungjawabatas
segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
7. Memberikan
kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
8. Evaluasi
diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi peserta didik.
(Mulyati, 2005: 182)
Pembelajaran berdasarkan teori humanisme ini tepat untuk diterapkan.
Keberhasilan aplikasi ini adalah peserta didik merasa senang bergairah,
berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan
sikap atas kemauan sendiri. Peserta didik diharapkan menjadi manusia yang
bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya
sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau
melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.
F. Implikasi
Teori
Belajar Humanistik Dalam Pembelajaran
Penerapan teori humanisme lebih menunjuk pada ruh atau spirit
selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran
guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para peserta
didik sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar
dalam kehidupan peserta didik. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada
peserta didik dan mendampingi peserta didik untuk memperoleh tujuan
pembelajaran.
Peserta didik berperan sebagai pelaku
utama (stundent center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya
sendiri. Diharapkan peserta didik memahami potensi diri, mengembangkan potensi
dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif. Psikologi
humanisme memberi
perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut ini adalah berbagai cara untuk
memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator, yaitu:
1.
Fasilitator sebaiknya memberi perhatian
kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas
2.
Fasilitator membantu untuk memperoleh
dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan
kelompok yang bersifat umum.
3.
Dia mempercayai adanya keinginan dari
masing-masing peserta didik untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi
dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang
bermakna tadi.
4.
Dia mencoba mengatur dan menyediakan
sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para
peserta didik untuk membantu mencapai tujuan mereka.
5.
Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai
suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
6.
Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan
di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan
sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik
bagi individual ataupun bagi kelompok
7.
Bilamana cuaca penerima kelas telah
mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan sebagai seorang peserta
didik yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan
pendangannya sebagai seorang individu, seperti peserta didik yang lain.
8.
Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta
dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga
tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja
digunakan atau ditolak oleh peserta didik
9.
Dia harus tetap waspada terhadap
ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama
belajar
10. Di dalam
berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untukmenganali dan
menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri. (Dakir, 1993: 65).
Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
o Merespon
perasaan peserta didik
o Menggunakan
ide-ide peserta didik untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
o Berdialog dan
berdiskusi dengan peserta didik
o Menghargai
peserta didik
o Kesesuaian
antara perilaku dan perbuatan
o Menyesuaikan
isi kerangka berpikir peserta didik (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan
segera dari peserta didik)
o Tersenyum pada
peserta didik.
(Syaodih, 2007: 152)
PENUTUP
Kesimpulan
Teori
belajar humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan
bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya.
Aplikasi dalam teori ini, peserta didik diharapkan menjadi manusia yang bebas,
berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri
secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar
aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku serta guru hanya sebagai
fasilitator. Teori humanisme ini cocok untuk
diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena
sosial. Psikologi humanisme memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.
Daftar Pustaka
Dr.Hamzah B.Uno,M.Pd.2006.Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran.Jakarta;BumiAksara
Sani,Ridwan Abdullah.2013.Inovasi Pembelajaran.Jakarta;Bumi
Aksara
Muchith,M. Saekhan, M.Pd.2007. Pembelajaran
Konteskstual.Semarang:RaSAIL MediaGroup
Dr.C.Budiningsih, Asri.2005.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta:
PT Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar