Entri Populer

Jumat, 27 Maret 2015

Sepenggal Harapan untuk Rian

Angin pagi berhembus lembut, mentari mulai menintip dari ufuk timur menyapa semua makhluk alam semesta. Disebuah desa nan damai jauh dari hiruk pikuk keramaian kota. Desa Karangan, disinilah terlahir seorang anak manusia dari keluarga yang sederhana. Dan tepat hari 5 Februari ini anak ini berusia 17 tahun. Semua keterbatasan hidup yang ia punya saat ini menjadi sebuah motivasi yang sangat dasyat bagi dirinya.
“Rian cepat sedikit le, nanti keburu siang “, suara seorang ibu setengah baya.
“Iya bu sebentar lagi kelar, tinggal gorengan yang terakhir”,jawab anak sambil memainkan serok yang dipegangnya.
Beberapa saat kemudian selesai mengoreng roti goreng, anak itu mengambil handuk dan bersiap untuk mandi. Setelah selesai mandi Rian bergegas pergi kepasar untuk mengantarkan roti goreng untuk dititipkan pada penjual jajanan pasar, dan sisanya dia jual di sekolah. Kegiatan yang ia lakukan ini sudah berlangsung sejak dia duduk di bangku SMP. Waktu SMP dia harus kehilangan seorang ayah. Setiap kali dia mengingat saat itu hatinya sakit dan ingin menangis. Sosok seorang ayah baginya adalah seorang pahlawan dalam keluarganya. Dan ketika ayahnya harus pergi untuk selamanya rian menjadi tulang punggung bagi keluarganya membiayai kedua adiknya yang masih SD saat itu. Dia merasa belum siap untuk menghadapi hal tersebut. Tapi takdir tuhan tak ada yang tahu dan dia harus menerimanya. Dia slalu meyakini bahwa hidup itu indah ketika kita menjalaninya dengan ikhlas. Semangatnya tak pernah padam demi masa depan kedua adeknya dan dirinya untuk bisa lulus sekolah.  Melalui roti goreng ini dia gantungan asa dan harapan demi semua cita-citanya.
Rian tak pernah malu dengan apa yang dia lakukan selagi itu halal, walaupun ejekan dan olokan sering menghampiri dia. Namun tak sedikit pula yang memuji kerja keras dan semgat rian untuk terus bersekolah dan berjualan roti goreng. Siang ini agak terik roti goreng rian masih tersisa. Tiba-tiba ada seorang siswi mendatangi rian.
“rian aku beli roti gorengmu y, masih berapa?”,kata siswi itu sambil melihat-lihat roti yang dibawa di kranjang makanan Rian.
“ini ma masih empat biji, kamu mau semuanya?”,jawab rian
“iya mau soalnya orang tua ku sangat suka dengan roti goreng buatan mu!!”
“ow gitu, ya sebentar aku bungkuskan dulu”
“Rian aku salut sama kamu, kamu kog mau sich jualan disekolah kayak gini, apa kamu nggak malu?”
“Kenapa harus malu yang aku lakukan ini bukan hal yang salah, semuanya demi kelangsungan ku dan adik-adikku untuk bisa sekolah sampai lulus”
“tapikan kamu termasuk anak yang berprestasi disekolah ini? Tapi aku salut sama semangatmu kamu tek pernah menyerah maupun malu untuk berjualan roti goreng”
“iya terima kasih”
Beberapa bulan berlalu tiba saatnya akan ada ujian nasional dan pendaftaran SMPTN.  Berkat usaha dan kerja keras akhirnya Rian menjadi lulusan terbaik disekolahnya dan diterima disebuah Universitas Negeri. Semangat yang tak terbatas menjadikan Rian mamapu mengahdapi semua cobaan hidup dia yakin bahwa takdir Tuhan adalah yang terbaik. Dengan keikhlasan dan kesabaran dia mamapu meraih apa yang menjadi cita-citanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar