Angin pagi berhembus
lembut, mentari mulai menintip dari ufuk timur menyapa semua makhluk alam
semesta. Disebuah desa nan damai jauh dari hiruk pikuk keramaian kota. Desa
Karangan, disinilah terlahir seorang anak manusia dari keluarga yang sederhana.
Dan tepat hari 5 Februari ini anak ini berusia 17 tahun. Semua keterbatasan
hidup yang ia punya saat ini menjadi sebuah motivasi yang sangat dasyat bagi
dirinya.
“Rian cepat sedikit
le, nanti keburu siang “, suara seorang ibu setengah baya.
“Iya bu sebentar lagi
kelar, tinggal gorengan yang terakhir”,jawab anak sambil memainkan serok yang
dipegangnya.
Beberapa saat
kemudian selesai mengoreng roti goreng, anak itu mengambil handuk dan bersiap
untuk mandi. Setelah selesai mandi Rian bergegas pergi kepasar untuk mengantarkan
roti goreng untuk dititipkan pada penjual jajanan pasar, dan sisanya dia jual
di sekolah. Kegiatan yang ia lakukan ini sudah berlangsung sejak dia duduk di
bangku SMP. Waktu SMP dia harus kehilangan seorang ayah. Setiap kali dia
mengingat saat itu hatinya sakit dan ingin menangis. Sosok seorang ayah baginya
adalah seorang pahlawan dalam keluarganya. Dan ketika ayahnya harus pergi untuk
selamanya rian menjadi tulang punggung bagi keluarganya membiayai kedua adiknya
yang masih SD saat itu. Dia merasa belum siap untuk menghadapi hal tersebut.
Tapi takdir tuhan tak ada yang tahu dan dia harus menerimanya. Dia slalu
meyakini bahwa hidup itu indah ketika kita menjalaninya dengan ikhlas.
Semangatnya tak pernah padam demi masa depan kedua adeknya dan dirinya untuk
bisa lulus sekolah. Melalui roti goreng
ini dia gantungan asa dan harapan demi semua cita-citanya.
Rian tak pernah malu
dengan apa yang dia lakukan selagi itu halal, walaupun ejekan dan olokan sering
menghampiri dia. Namun tak sedikit pula yang memuji kerja keras dan semgat rian
untuk terus bersekolah dan berjualan roti goreng. Siang ini agak terik roti
goreng rian masih tersisa. Tiba-tiba ada seorang siswi mendatangi rian.
“rian aku beli roti
gorengmu y, masih berapa?”,kata siswi itu sambil melihat-lihat roti yang dibawa
di kranjang makanan Rian.
“ini ma masih empat
biji, kamu mau semuanya?”,jawab rian
“iya mau soalnya
orang tua ku sangat suka dengan roti goreng buatan mu!!”
“ow gitu, ya
sebentar aku bungkuskan dulu”
“Rian aku salut sama
kamu, kamu kog mau sich jualan disekolah kayak gini, apa kamu nggak malu?”
“Kenapa harus malu
yang aku lakukan ini bukan hal yang salah, semuanya demi kelangsungan ku dan
adik-adikku untuk bisa sekolah sampai lulus”
“tapikan kamu
termasuk anak yang berprestasi disekolah ini? Tapi aku salut sama semangatmu
kamu tek pernah menyerah maupun malu untuk berjualan roti goreng”
“iya terima kasih”
Beberapa bulan
berlalu tiba saatnya akan ada ujian nasional dan pendaftaran SMPTN. Berkat usaha dan kerja keras akhirnya Rian
menjadi lulusan terbaik disekolahnya dan diterima disebuah Universitas Negeri.
Semangat yang tak terbatas menjadikan Rian mamapu mengahdapi semua cobaan hidup
dia yakin bahwa takdir Tuhan adalah yang terbaik. Dengan keikhlasan dan
kesabaran dia mamapu meraih apa yang menjadi cita-citanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar