PENGARUH POLA ASUH TERHADAP PRESTASI MAHASISWA PRODI MATEMATIKA
KELAS 2B UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PONOROGO
STUDI KASUS
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Perkembangan Peserta didik
Oleh :
1.
Eka Andriyani (13321695)
2. Nita Agustin (13321
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PRODI MATEMATIKA
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PONOROGO
JL. Budi Utomo No. 10 Ponorogo
2013/2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang memberikan
rahmat hidayah serta Inayah-Nya sehingga saya dapat menyusun laporan studi
kasus dengan Judul “PENGARUH POLA ASUH TERHADAP PRESTASI MAHASISWA PRODI MATEMATIKA
KELAS 2B UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PONOROGO”sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Selanjutnya sholawat
serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad
SAW yang mengubah tatanan kejahiliaan menuju tatanan islamiyah, sehingga
keindahan islam masih bisa kita rasakan hingga saat ini.
Dalam penyusunan laporan studi kasus ini kami
membahas mengenai “PENGARUH POLA ASUH TERHADAP PRESTASI MAHASISWA PRODI MATEMATIKA
KELAS 2B UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PONOROGO”dimana dalam pembahasannya tidak pernah lepas mulai
dari peran orang tua sebagai pengasuh anak-anaknya, dengan ini pula semoga
studi kasus yang kami buat ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi
rekan-rekan mahasiswa dan lebih khusus kepada kami sebagai penyusun.
Akhir kata semoga
laporan studi kasus yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.
|
DAFTAR ISI
JUDUL
.......................................................................................................
i
KATA PENGANTAR
...............................................................................
ii
DAFTAR ISI
.............................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang ................................................................................
1
B.
Rumusan
Masalah
........................................................................... 2
C.
Tujuan
Penulisan
.............................................................................
2
D.
Manfaat
Penulisan
........................................................................... 2
BAB II KAJIAN TEORI
A.
Pengertian
Pola Asuh
...................................................................... 3
B.
Tipe
Pola asuh
.................................................................................
3
C.
Dampak
dari Pola Asuh
.................................................................. 3
D.
Prestasi
Siswa .................................................................................
6
E.
Teori
Humanistik
............................................................................
7
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis
Penelitian ..............................................................................
11
B.
Lokasi
Penelitian ...........................................................................
11
C.
Waktu
Penelitian ...........................................................................
11
D.
Hipotesis
.......................................................................................
11
E.
Populasi
.........................................................................................
11
F.
Data
...............................................................................................
11
G.
Mencari
Mean(rata-rata)
............................................................... 14
H.
Mencari
Modus
.............................................................................
14
I.
Mencari
Median
............................................................................
14
BAB IV PEMBAHASAN
A.
Pembahasan
Permasalahan ........................................................... 15
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan
...................................................................................
17
B.
Saran
.............................................................................................
17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam
masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan hingga berkembang
dewasa. Segala curahan kasih sayang amat diperlukan seorang anak atau peserta didik
yang hanya didapatkan dari keluarga, oleh sebab itu peran keluarga sangat
dominan dalam pembentukan kepribadian seorang anak.
Pola asuh tidak hanya sekedar mendidik tetapi membimbing, merawat,
serta melindungi anak (asa, asih dan asuh) hingga anak tersebut mampu
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya secara dewasa dan mandiri tanpa
pendampingan dari orang tua lagi.
Tidak hanya dari dalam keluarga, namun tidak terlepas pula
pembentukan suatu kepribadian seseorang
dari pengaruh lingkungan. Misalnya seorang anak yang sejak dini telah
didik dengan keras atau disiplin oleh orang tuanya, maka ketika dewasa anak
tersebut akan tumbuh menjadi anak yang disiplin atau keras. Hal itu tidak menjamin
akan terjadi, karena sebagian anak atau peserta didik memiliki cara yang
berbeda dalam mendidik, bisa jadi anak yang dididik terlalu keras atau disiplin
tinggi akan memberontak setelah dewasa nanti. Anak yang seperti ini biasanya
merasa hidupnya terlalu diatur atau terkekang.
Ada pun pola mendidik anak yang lebih membebaskannya atau terlalu
dimanja, maka anak tersebut akan mengalami kesulitan untuk hidup mandiri. Pola asuh ini sering dilakukan oleh para
orang tua yang hanya memiliki satu anak.
Dalam
studi kasus kali ini kami akan membahas
pengaruh pola asuh terhadap kesuksesan atau keberhasilan peserta didik.
B.
RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas penulis
hanya akan mengkaji beberapa masalah yang terkait diantaranya sebagai berikut :
1.
Apa
yang disebut dengan pola asuh?
2.
Bagaimana
pengaruh pola asuh terhadap prestasi Mahasiswa prodi Matematika Kelas 2B
Universitas Muhammadiyah Ponorogo ?
3.
Pola
asuh apakah yang tepat untuk menunjang prestasi peserta didik?
C.
TUJUAN PENULISAN
1.
Untuk
mengetahui apa yang dimaksud pola asuh.
2.
Untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh pola asuh terhadap prestasi Mahasiswa Prodi
Matematika Kelas 2B Universitas Muhammadiyah Ponorogo
3.
Untuk
mengetahui pola asuh yang tepat untuk menunjang prestasi peserta didik.
D.
MANFAAT PENELITIAN
1.
Bagi
peneliti : untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pola asuh terhadap prestasi
seseorang.
2.
Bagi
masyarakat : untuk memberikan gambaran tentang pola asuh yang efektif untuk
diterapkan demi menunjang prestasi peserta didik.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A.
PENGERTIAN POLA ASUH
Pengasuhan menurut (Schochib,2000, hlm.15) adalah orang yang
melaksanakan tugas membimbing, memimpin, atau mengelola. Pengasuhan yang
dimaksud di sini adalah mengasuh anak. Menurut Darajat mengasuh anak maksudnya
adalah mendidik dan memelihara anak, mengurus makan, minum, pakaiannya, dan
keberhasilannya dalam periode yang pertama sampai dewasa. Dengan pengertian
diatas dapatlah dipahami bahwa pengasuhan anak yang dimaksud adalah
kepemimpinan, bimbingan, yang dilakukan terhadap anak berkaitan dengan
kepentingan hidupnya. Orang tua memiliki peran mengajar, menjaga dan mendidik
anak-anaknya.
Pengertian lain dari pola asuh orang tua terhadap anak adalah
bentuk interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan
pengasuhan yang berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan
serta melindungi anak untuk mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang
berlaku dalam lingkungan setempat dan masyarakat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua adalah
aktivitas dalam mengajar, membimbing, mendidik serta menjaga anak-anaknya dalam
proses pendewasaan anak tersebut.
B.
TIPE POLA ASUH
Dalam mengasuh anak orang tua cenderung menggunakan pola asuh
tertentu. Dalam studi kasus ini kami mengambil tiga bentuk pola asuh dimana
kami ambil menurut dr. Baumrind, terdapat 3 macam pola asuh orang tua yaitu
demokratis, otoriter dan permisif.
1.
Demokratis
Pola asuh
demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi
tidak ragu dalam mengendalikan mereka. Orang tua dengan perilaku ini bersikap
rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran.
Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak
berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk
memilih dan melakukan suatu tindakan dan pendekatannya kepada anak bersifat
hangat. (Ira Petranto, 2005). Misalnya ketika orang tua menetapkan untuk
menutup pintu kamar mandi ketika sedang mandi dengan diberi penjelasan,
mengetuk pintu ketika masuk kamar orang tua, memberikan penjelasan perbedaan
laki-laki dan perempuan, berdiskusi tentang hal yang tidak boleh dilakukan anak
misalnya tidak boleh keluar dari kamar mandi dengan telanjang, sehingga orang
tua yang demokratis akan berkompromi dengan anak. (Debri, 2008).
2.
Otoriter- Pengertian Pola Asuh Menurut Para Ahli
Pola asuh ini
sebaliknya cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya
dibarengi dengan ancaman-ancaman mislalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak
akan diajak bicara. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah dan
menghukum.
Apabila anak
tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini
tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan
dalam berkomunikasi biasanya bersifat satu arah. (Ira Petranto, 2005). Misalnya
anaknya harus menutup pintu kamar mandi ketika mandi tanpa penjelasan, anak laki-laki tidak boleh bermain dengan
anak perempuan, melarang anak bertanya kenapa dia lahir, anak dilarang bertanya
tentang lawan jenisnya. Dalam hal ini tidak mengenal kompromi. Anak suka atau
tidak suka, mau atau tidak mau harus memenuhi target yang ditetapkan orang tua.
Anak adalah obyek yang harus dibentuk orang tua yang merasa lebih tahu mana
yang terbaik untuk anak-anaknya. (Debri, 2008).
3.
Permisif
Pola asuh ini
memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan
yang cukup dari orang tuanya. Mereka cenderung tidak menegur / memperingatkan
anak apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang
diberikan oleh mereka, sehingga seringkali disukai oleh anak. (Ira Petranto,
2005).
Misalnya anak
yang masuk kamar orang tua tanpa mengetuk pintu dibiarkan, telanjang dari kamar
mandi dibiarkan begitu saja tanpa ditegur, membiarkan anak melihat gambar yang
tidak layak untuk anak kecil, degan pertimbangan anak masih kecil. Sebenarnya,
orang tua yang menerapka pola asuh seperti ini hanya tidak ingin konflik dengan
anaknya. (Debri, 2008).
C.
DAMPAK DARI POLA ASUH
Penerapan dari
berbagai tipe pola asuh diatas menimbulkan dampak yang berbeda-beda sesuai
dengan tipe yang diterapkan. Dampak yang ditimbulkan dari pola asuh tersebut
bisa positif maupun dampak negatif. Berikut ini dampak dari penerapan tipe pola
asuh orang tua terhadap perilaku dan karakter anak.
1.
Permisif
Dampak positif :
Bila anak mampu
menggunakan kebebasan yang diberikan orang tua
secara bertanggung jawab , maka anak akan menjadi seorang yang mandiri,
kreatif, inisiatif dan mampu mewujudkan aktualisasinya.
Dampak
negatif :
Anak cenderung manja, sulit untuk mandiri. Pola asuh ini sering
digunakan oleh orang tua yang hanya memiliki satu anak(anak tunggal).
2.
Demokratis
Dampak positif :
Akibat positif
dari pola asuh ini, anak akan menjadi seorang individu yang mempercayai orang
lain, bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakannya, tidak munafik, jujur.
Dampak negatif :
Dalam tipe pola
asuh demokratis anak dan orang tua memiliki kedudukan yang sama. Sehingga jika
pola asuh ini tidak berhasil dengan baik anak akan cenderung merongrong
kewibawaan otoritas orang tua, kalau segala sesuatu harus dipertimbangkan anak
dan orang tua.
3.
Otoriter
Dampak positif :
Anak akan lebih
disiplin dan bertanggung jawab atas semua yang iya miliki. Tahan banting
maksudnya disini ketika anak itu mengalami kesulitan iya telah terbiasa dengan
dikekang sehingga dia mampu menghadapi setiap masalahnya.
Dampak negatif :
Dampak negatif
dari pola asuh ini adalah anak akan merasa terkekang, memberontak jika kelak ia
sudah dewasa. Meskipun tak semua anak memberontak tapi pola asuh ini terlalu
keras bahkan menuntut si anak sesuai keinginan orang tua.
D.
Prestasi Siswa
Poerwanto (1986:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu
“hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang
dinyatakan dalam raport.” Selanjutnya Winkel (1996:162) mengatakan bahwa
“prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan
seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang
dicapainya.” Sedangkan menurut S Nasution (1996) prestasi belajar adalah
kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat.
Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni kognitif,
afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika
seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.
E.
TEORI HUMANISTIK
Teori Rogers didasarkan pada prinsip humanistik bahwa jika orang diberi
kebebasan dan dukungan emosional untuk bertumbuh, mereka bisa berkembang
menjadi manusia yang berfungsi secara penuh.
Rogers mengatakan bahwa tiap-tiap dari individu memiliki dua self/diri.
Diri yang kita rasakan sendiri (“I” atau “me” yang merupakan
persepsi kita tentang diri kita sesungguhnya “real self”)dan diri kita
yang ideal/diinginkan “ideal self” (yang kita inginkan). Rogers (1961)
megajarkan bahwa masing-masing dari kita adalah korban dari conditional positive
regard (memberikan cinta, pujian, dan penerimaan jika individu mematuhi
norma orang tua atau norma social) yang orang lain tunjukkan kepada kita. Kita
tidak bias mendapatkan cinta dan persetujuan orang tua atau orang lain kecuali
bila mematuhi norma social dan aturan orang tua yang keras. Kita diperintahkan
untuk melakukan apa yang harus kita lakukan dan kita pikirkan. Kita dicela,
disebutkan nama, ditolak, atau dihukum jika kita tidak menjalani norma dari
orang lain. Sering kali kita gagal, dengan akibat kita mengembangkan
penghargaan diri yang rendah, menilai rendah diri sendiri, dan melupakan siapa
diri kita sebenarnya.
Rogers mengatakan bahwa jika kita memiliki citra diri yang sangat buruk
atau berperilaku buruk, kita memerlukan cinta, persetujuan, persahabatan, dan
dukungan orang lain. Kita memerlukan unconditional positive regard (memberi
dukungan dan apresiasi individu tanpa menghiraukan perilaku yang tak pantas
secara social), bukan karena kita pantas mendapatkannya, tapi karena kita
adalah manusia yang berharga dan mulia. Dengan itu semua, kita bisa menemukan
harga diri dan kemampuan mencapai ideal self kita sendiri. Tanpa unconditional
positive regard kita tidak dapat mengatasi kekurangan kita dan tak dapat
menjadi orng yang berfungsi sepenuhnya.
Tema pokok pemikiran Rogers adalah suatu refleksi tentang apa yang
dipelajarinyan mengenai dirinya pada rentang usia 18-20 tahun: bahwa seseorang
harus bersandar pada pengalamannya sendiri tentang dunia, karena hanya itulah
kenyataan yang dapat diketahui oleh seorang individu.
Harus dipahami bahwa Rogers bekerja dengan individu-individu yang
terganggu yang mencari bantuan untuk mengubah kepribadian mereka. Untuk merawat
pasien-pasien ini (yang selanjutnya disebut Rogers sebagai klien), dia
mengembangkan suatu metode trapi yang menempatkan tanggungjawab utama terhadap
perubahan kepribadian pada klien, bukan pada ahli terapi (seperti biasa
dilakukan oleh penganut Freud). Oleh karena itu, pendekatannya disebut “terapi
yang berpusat pada klien” (client-centered therapy). Metode ini menganggap
bahwa individu yang terganggu memiliki suatu tingkat kemampuan kesadaran
tertentu, dan mengatakan kepada kita banyak hal tentang pandangan Rogers
mengenai kodrat manusia.
Menurut Roger, manusia yang rasional dan sadar, tidak terkontrol oleh
peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak karena masa itu sudah kewat seperti
pembiasaan akan kebersihan buang air kecil atau buang air besar, penyapihan
yang lebih cepat atau pengalaman-pengalaman seks sebelum waktunya. Hal-hal ini
tidak menghukum atau membelenggu kita untuk hidup dalam konflik dan kecemasan
yang tidak dapat dikontrol. Masa sekarang dan bagaimana kita memandangnya bagi
kepribadian yang sehat adalah jauh lebih penting daripada berlarut-larut
mengingat masa lampau. Akan tetapi Rogers mengemukakan bahwa
pengalaman-pengalaman masa lampau dapat mempengaruhi cara bagaimana kita
memandang masa sekarang yang pada gilirannya mempengaruhi tingkat kesehatan
psikologis kita. Jadi, pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak adalah penting, tetapi
focus Rogers tetap pada apa yang terjadi terhadap seseorang hari ini, saat
sekarang, bukan pada apa yang terjadi waktu lampau.
Menurut Rogers dorongan adalah ‘satu kebutuhan fundamental’. Rogers
menempatkan suatu dorongan dalam sistemnya tentang kepribadian, meliputi
pemeliharaan, mengaktualisasikan, dan meningkatkan semua segi individu.
Kecenderungan ini dibawa sejak lahir dan meliputi komponen-komponen pertumbuhan
fisiologis danpsikologis, meskipun selama tahun-tahun awal kehidupan,
kecenderungan tersebut lebih terarah kepada segi-segi fisiologis.
Baginya tidak ada segi pertumbuhan dan perkembangan manusia beroperasi
secara terlepas dari kecenderungan aktualisasi ini. Aktualisasi bisa berbuat
jauh lebih banyak daripada mempertahankan organisme, aktualisasi juga
memudahkan dan meningkatkan pematangan dan pertumbuhan.
Rogers berpendapat, bahwa kecenderungan untuk aktualisasi sebagai suatu
tenaga pendorong adalah jauh lebih kuat daripada rasa sakit dan perjuangan,
serta setiap dorongan yang ikut menghentikan usaha untuk berkembang,
aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan belajar,
khususnya dalam masa kanak-kanak. Agaknya, ‘konvergensi’ merupakan ‘potret’
yang dapat mewakili gambaran perkembangan ini, karena individu tumbuh tidak semata-mata
‘berselimutkan tabula rasa’, tetapi dalam perkembangannya faktor ‘lingkungan’
(environment) juga memiliki andil yang besar.
Rogers mengilustrasikan perkembangan diri manusia seperti berikut:
Ketika individu masih kecil, sebagai anak-anak ia mulai membedakan atau
memisahkan salah satu segi pengalamannya dari pengalaman yang lain. Segi ini
adalah ‘diri’ dan itu digambarkan dengan bertambahnya penggunaan kata ‘aku’ dan
‘kepunyaanku’. Anak itu mengemangkan kemampuan untuk membedakan antara apa yang
menjadi milik atau bagian dari dirinya dan semua benda lain yang dilihat,
didengar, diraba, dan diciumnya ketika dia mulai membentuk suatu lukisan dan
gambar tentang siapa dia. Dengan kata lain, anak itu mengembangkan suatu
‘pengertian diri’ atau self concept. Sebagai bagian dari self concept,
anak itu juga menggambarkan dia akan menjadi siapa atau ingin menjadi siapa.
Cara-cara khusus bagaimana ‘diri’ itu berkembang dan apakah dia akan
menjadi sehat atau tidak, tergantung pada cinta dan kasih sayang yang diterima
anak itu di masa kecil. Penerimaan cinta ini utamanya dari ibu, dan dari bapak,
tetapi bisa juga dari pengasuhan orang dewasa lain, misalnya pengasuh bayi,
kakek nenek, atau pembantu. Pada waktu ‘diri’ itu berkembang, anak itu juga
belajar membutuhkan cinta. Rogers menyebut kebutuhan ini sebagai ‘penghargaan
positif’ atau positive regard. Positive regard merupakan suatu
kebutuhan yang bisa memaksa dan merembes, dimiliki oleh semua manusia, setiap
anak terdorong untuk mencari ‘penghargaan positif’.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
JENIS PENELITIAN
Penelitian ini
termasuk jenis penelitian kuantitatif, artinya kegiatan yang menekankan pada
jumlah data yang dikumpulkan. Dalam pendekatan kuantitatif peneliti
mengumpulkan data statistik berrupa angka-angka. Penelitian kuantitatif
berdasarkan pada objek penelitian sahih yang dapat diukur melalui angka.
B.
LOKASI PENELITAN
Penelitian
studi kasus ini mengambil lokasi di Kelas Matematika 2B FKIP Universitas
Muhammadiyah Ponorogo.
C.
WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Mei 2014
D.
HIPOTESIS
Hipotesis
adalah jawaban atau dugaan sementara dari suatu masalah.
Hipotesis dari studi kasus ini adalah “ Pola asuh mempengaruhi
Prestasi Belajar Mahasiswa Kelas 2B UMP”.
E.
POPULASI
Populasi adalah
objek/subjek yang beredar pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat
tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Adapun yang menjadi populasi
dalam penelitian ini adalah mahhasiswa UniversitasMuhammadiyah Ponorogo,
Fakultas Ilmu keguruan dan Pendidikan, program studi Matematika 2B.
F.
DATA
Data adalah
keterangan mengenai suatu hal yang sering terjadi dan diperoleh dari pengamatan,
data dapat berupa angka, lambang yang menyattakan pikiran. Data terbagi menjadi
beberapa bagian berdasarkan hal-hal sebagai berikut :
1.
Jenis
data terdiri dari :
a.
Data
kualitatif adalah data yang berhubungan dengan kategorisasi dan
karakteristik yang berwujud pertanyaan
atau kalimat naratif.
b.
Data
kuantitatif adalah data yang berwujud angka-angka.
Adapun
ppenelitian ini menggunakan data kuantitatif artinya data yang berwujud
angka-angka
2.
Sumber
data terdiri dari :
a.
Data
primer artinya data yang diperoleh secara lanngsung dari sumbernya.
b.
Data
sekunder artinya data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya,
contoh dokumen kantor, foto-foto, hasil sensus, dan sebagainya.
3.
Instrumen
data adalah alat pengumpul data yang berisi daftar pertanyaan yang akan
dibagikan kepada responden.
Adapun instrumen data pada penelitian ini adalah :
1)
Setujukah
anda jika pola asuh dapat mempengaruhi prestasi anak?
a.
Sangat
setuju
b.
Setuju
c.
Kurang
setuju
d.
Tidak
setuju
2)
Termasuk
apakah pola asuh yang diterapkan orang tua anda?
a.
Permisif
b.
Otoriter
c.
Demokratis
3)
Setujukah
anda dengan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua anda?
a.
Sangat
setuju
b.
Setuju
c.
Kurang
setuju
d.
Tidak
setuju
4)
Setujukah
anda jika pola asuh yang diterapkan orang tua anda sudah efektif untuk anda?
a.
Sangat
setuju
b.
Setuju
c.
Kurang
setuju
d.
Tidak
setuju
5)
Setujukah
anda jika dari pola asuh yang diterapkan orangtua anda berdampak positif bagi
anda?
a.
Sangat
setuju
b.
Setuju
c.
Kurang
setuju
d.
Tidak
setuju
Adapun
NO.
|
Nomer Soal
|
Pilihan
Jawaban
|
Nilai
|
1.
|
1
|
Sangat setuju
|
4
|
Setuju
|
3
|
||
Kurang setuju
|
2
|
||
Tidak setuju
|
1
|
||
2.
|
3
|
Sangat setuju
|
4
|
Setuju
|
3
|
||
Kurang setuju
|
2
|
||
Tidak setuju
|
1
|
||
3.
|
4
|
Sangat setuju
|
4
|
Setuju
|
3
|
||
Kurang setuju
|
2
|
||
Tidak setuju
|
1
|
||
4.
|
5
|
Sangat setuju
|
4
|
Setuju
|
3
|
||
Kurang setuju
|
2
|
||
Tidak setuju
|
1
|
G.
Mencari Mean (Rata-rata)
No.
|
Jawaban
|
Nilai
|
1.
|
Sangat
setuju
|
60
|
2.
|
Setuju
|
332
|
3.
|
Kurang
setuju
|
40
|
4.
|
Tidak
setuju
|
12
|
X=
=
=
= 111
Jadi mean pada
tabel diatas adalah 111.
H.
Mencari Modus (Data yang Sering Muncul)
No.
|
Jawaban
|
Nilai
|
1.
|
Sangat
setuju
|
60
|
2.
|
Setuju
|
332
|
3.
|
Kurang
setuju
|
40
|
4.
|
Tidak
setuju
|
12
|
Jadi modus dari
tabeldi atas adalah 332.
I.
Mencari Median
No.
|
Jawaban
|
Nilai
|
1.
|
Sangat
setuju
|
60
|
2.
|
Setuju
|
332
|
3.
|
Kurang
setuju
|
40
|
4.
|
Tidak
setuju
|
12
|
Letak Me =
=
= 2,5
Me =
=
= 186
Jadi median
dari tabel diatas adalah 186.
BAB
IV
PEMBAHASAN
Pola asuh adalah aktivitas dalam mengajar, membimbing, mendidik
serta menjaga anak-anaknya dalam proses pendewasaan anak tersebut. Orang tua memiliki peran penting dalam pola
asuh yaitu menentukan pola asuh yang tepat bagi anak-anaknya. Jika pola asuh
yang diterapkan kurang tepat untuk seseorang maka akan berdampak buruk bagi
kehidupan anak nantinya. Dalam kenyataannya orang tua belum mengetahui apa itu
sebenarnya pola asuh. Sehingga meraka menggunakan pola asuh yang kurang tepat
untuk anaknya. Hal ini dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang misalnya
pola otoriter anak akan merasa dikekang
dan seoalah-olah orang tua yang menentukan jalan hidup anaknya. Dan anak tidak
bisa memilih jalan hidupnya sendiri.
Berdasarkan teori humanistik masa lalu mempengaruhi pola pikir,
cara pandang dan kedewasaan sesorang. Jadi orang tua sebagai pendidik,
pembimbing bagi anak. Pola asuh yang diterapkan pada sorang anak akan
memberikan pengalaman bagi anaknya kelak ketika dewasa nanti. Pengaruh dari
pola asuh ini akan dirasakan ketika anak
dewasa. Dari hasil angket yang kami sebar banyak dari teman mahasiswa di
asuh menggunakan pola asuh demokratis. Meraka menyatakan bahwa pola asuh
dekmokratis lebih efektif diterapkan karena mereka lebih banyak memiliki
kesempatan untuk menetukan masa depan mereka sendiri. Kebebasan dari tipe pola
asuh demokratis memberikan peluang seseorang untuk mengeksplorasi bakat, minat
dari seorang anak. Dalam tipe ini orang tua memiliki kedudukan yang sama dengan
anaknya sehingga anak lebih bisa dekat dan mengungkapkan semua pendapat kepada
orang tuanya. Hakikatnya tipe pola asuh demokratis ini bebas tetapi terbatas
maksudnya disini orang tua memberikan kebebasan tetapi orang tua tidak
membiarkan begitu saja anaknya.
Keterkaitan pola asuh dengan prestasi belajar adalah semua
aktivitas bimbingan, cara mengajar, dan motivasi dari orang tua yang menentukan
anak tersebut mampu untuk mencapai prestasi dan cita-cita yang ingin
dicapainya.
Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak anak yang
mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu
menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal baru, dan koperatif
terhadap orang-orang lain.
Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang
penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar
norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri.
Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang impulsive, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial.
Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang impulsive, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial.
Pengaruh
Asuh terhadap Prestasi
Pola asuh
merupakan bagian terpenting dari terbentuknya karakter seseorang. Dalam hal ini
pengaruh pola asuh sendiri dalam prestasi tidak terjadi secara langsung namun
berkaitan dengan teori humanistik rogers dimana pengaruh pola asuh ini akan
dirasakan setelah anak tumbuh dewasa. Orang tua mendidik anak ketika masih
kecil dan kebiasaan itu terbawa hingga dewasa.
Penerapan pola asuh orang tua yang sesuai terhadap anak dapat
memberikan manfaat bagi anak. Misalnya anak akan jauh lebih mandiri saat
belajar, anak dapat belajar dengan nyaman di rumah, selain itu tidak ada
pembatas antara orang tua dan anak dalam keluarga (terjalin komunikasi yang
baik antara orang tua dan anak), anak dapat bebas bertanya dan mengungkapkan
perasaan kepada orang tuanya, anak juga dapat berlatih bertanggung jawab atas
perilaku yang akan dan sudah dilakukan, serta yang paling utama anak lebih
bertanggung jawab dalam kemajuan prestasinya di sekolah.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari studi
kasus diatas dapat disimpulkan bahwa pola asuh sangat mempengaruhi prestasi
belajar peserta didik atau mahasiswa. Pola asuh dilakukan sejak peserta didik
masih dini dan dampaknya akan mereka rasakan ketika meraka masuk usia remaja
atau mahasiswa. Dari pengalaman pola asuh yang efektif dari orang tua maka anak
atau mahasiswa akan lebih mudah atau termotivasi untuk berprestasi.
Dari ke tiga
pola asuh yang kami bahas, tipe pola asuh yang banyak dipergunakan adalah
demokrasi. Tipe pola asuh demokrasi dirasa lebih efektif untuk menunjang
prestasi dan membentuk kepribadian anak menjadi lebih tanggung jawab dan mampu
mengeksplorasi bakat anak.
Dan keberhasilan
dari sebuah pola asuh tergantung pada orang tua bagaimana ia mendidik,
membimbing, mengajar dan mengarahkan anaknya agar mampu mencapai prestasi yang
gemilang. Orang tua sebagai pendidikan pertama dan utana bagi keberhasilan
sesorang.
B.
SARAN
Saran yang dapat
kami sampaikan yaitu seharusnya orang tua mengetahui sifat dan karakter anaknya
atau peserta didik untuk menetukan pola asuh apa yang cocok untuk diterapkan
pada anaknya. Ketiga pola asuh yang kami bahas diatas memang baik tergantung
penerapannya.
Namun alangkah
baiknya kita sebagai pendidik menggunakan pola asuh campuran dimana menggunakan
tipe pola asuh sesusi dengan kondisi atau fleksibel, adakalanya kita memakai
tipe pola asuh otoriter untuk mendidik kedisiplinan waktu belajar, ada kalanya
untuk menstimulasi anak kita menggunakan pola asuh permisif agar anak merasakan
kasih sayang yang lebih, dan menggunakan pola asuh demokratis untuk menggali
minat dan bakat anak atau peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
ANGKET PENELITIAN
PENGARUH POLA ASUH TERHADAP PRESTASI MAHASISWA PRODI MATEMATIKA
KELAS 2B UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
Petunjuk pengisian angket
Bacalah
setiap pertanyaan dengan dengan seksama, kemudian beri tanda centang (√) sesuai
dengan pilihan anda.
1.
Setujukah
anda jika pola asuh dapat mempengaruhi prestasi anak?
a.
Sangat
setuju
b.
Setuju
c.
Kurang
setuju
d.
Tidak
setuju
2.
Termasuk
apakah pola asuh yang diterapkan orang tua anda?
a.
Permisif
b.
Otoriter
c.
demokratis
3.
Setujukah
anda dengan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua anda?
a.
Sangat
setuju
b.
Setuju
c.
Kurang
setuju
d.
Tidak
setuju
4.
Setujukah
anda pola asuh yang diterapkan orang tua anda sudah efektif bagi anda?
a.
Sangat
setuju
b.
Setuju
c.
Kurang
setuju
d.
Tidak
setuju
5.
Setujukah
anda pola asuh yang diterapkan orang tua anda berdampak positif bagi anda?
a.
Sangat
setuju
b.
Setuju
c.
Kurang
setuju
d.
Tidak
setuju